BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan yang baru dan termasuk yang
penting untuk masa sekarang adalah pendidikan lingkungan. Pendidikan tersebut
berkenaan dengan kepentingan lingkungan di sekitar manusia dan menjaga berbagai
unsurnya yang dapat mendatangkan ancaman kehancuran, pencemaran, atau
perusakan.
Pendidikan
lingkungan telah diajarkan oleh Rasululloh SAW kepada para sahabatnya. Abu
Darda ra pernah mengatakan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh Rasululloh
SAW telah diajarkan pentingnya bercocok tanam, dan menanam pepohonan, serta
pentingnya usaha mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan
tersebut akan mendatangkan pahala yang besar disisi Alloh SWT dan bekerja untuk
memakmurkan bumi merupakan amal ibadah kepada Alloh SWT.
Pendidikan lingkungan yang diajarkan
oleh Rasullloh SAW berdasarkan wahyu, sehingga banyak kita jumpai ayat-ayat
ilmiah Al-Qur’an yang membahas tentang lingkungan. Pesan-pesan Al-Qur’an
mengenai lingkungan sangat jelas dan prospektif.
Oleh
karena itu, dalam makalah ini penyusun akan mencoba membahas secara luas mengenai al-qur’an dan lingkungan, karena
al-qur’an telah menjelaskan tentang pentingnya menjaga lingkungan dengan
meletakkan dasar dan prinsipnya secara global.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
sebenarnya lingkungan dan bagaimana kondisinya pada saat ini?
2. Bagaimana
pandangan Al-Qur’an yang berkaitan dengan
lingkungan?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kondisi
Lingkungan
Pada Masa Ini
Masalah lingkungan
hidup dewasa ini telah menjadi isu global karena menyangkut berbagai sektor dan
berbagai kepentingan umat manusia.
Hal ini terbukti dengan munculnya isu-isu kerusakan lingkungan yang semakin
santer terdengar. Diantaranya isu efek rumah kaca, lapisan
ozon yang menipis,
kenaiakan suhu udara, mencairnya es di kutub, dll. Mungkin sebagian besar orang
baru menyadari dan merasakan akan dampak tingkah lakunya di masa lampau yang
terlalu berlebihan mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Kerusakan lingkungan yang terjadi saat
ini bisa dikatakan telah menyebar di berbagai belahan dunia. Khususnya
Indonesia yang memiliki potensi alam yang sangat melimpah. Dengan potensi alam
yang sedemikian melimpahnya telah membuat orang-orang berusaha untuk mengolah
secara maksimal. Bahkan potensi
alam tersebut dapat menarik masuk investor-investor asing untuk
berbisnis di negeri ini. Dengan adanya potensi yang begitu melimpahnya memang
kita akui dapat membantu memajukan perekonomian negara, tapi di sisi lain
keadaan ini dapat membuat orang untuk mengeksploitasinya secara maksimal untuk
kepentingan pribadi. Inilah yang kita takutkan, akan banyak pengusaha yang
bergerak disektor pengolahan lingkungan yang tidak mengindahkan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Mungkin saat ini kita tidak sadar
bahwa sebenarnya kita telah terbawa oleh sistem kapitalisme. Kapitalisme telah
memperhadapkan umat manusia kepada problem kerusakan sumber daya alam dan
lingkungan. Di dorong motif kepentingan diri (self-interest), kebebasan
(fredom), dan kompetisi tak bermoral, rezim kapitalisme telah berhasil
mendudukan alam sebagai objek eksploitasi tanpa batas.[1]
Perubahan sistem ekonomi dengan adanya liberalisasi perdagangan telah
disinyalir turut mempercepat kerusakan dan pencemaran di bumi. Dalam
perdagangan bebas, pakar ekonomi akan selalu bangga dan optimis terhadap
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan ini mengindikasikan adanya peningkatan
kapasitas penggunaan sumber daya alam. Peningkatan
pengolahan sumber daya alam tentunya dapat memunculkan kerusakan lingkungan.
Tentunya keruskan itu kelak akan menjadi sumber bencana alam akibat ulah
manusia.
Timbulnya
kerusakan alam atau lingkungan hidup sebagian besar adalah hasil perbuatan manusia. Karena manusialah yang diberi tanggung jawab sebagai khalifah di bumi.
Manusia mempunyai daya inisiatif dan kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lainnya tidak memiikinya. Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengtahuan dan
teknologi. Sejalan dengan kemajuan tersebut, perkembangann persenjataan dan
alat perusak lingkungan makin maju pula. Kerusakan lingkungan diperparah lagi dengan
banyaknya kendaraan bermotor, dan pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran
udara atau polusi. Pencemaran tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia
dan kehidupan sekelilingnya. Limbah-limbah pabrik sering kali dibuang seenaknya
ke sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula kapal-kapal tanker yang
membawa minyak sering mengalami kebocoran, sehinggga minyaknya tumpah ke laut.
Akibatnya, air sungai dan laut beracun yang menyebabkan mati atau tercemarnya
ikan dengan
zat beracun.
Indonesia
adalah salah satu negara yang paling sering dilanda bencana karena ulah
masyarakatnya. Sungguh ironis ketika Indonesia yang memiliki penduduk
mayoritas umat Islam telah mencatat sejarah kehancuran alamnya[2],
seperti bencana banjir bandang, tanah longsor, kekringan, dll. Pemerintah yang diharapkan dapat memberikan jalan keluar
dari persoalan ini malah mengeluarkan kebijakan yang aneh.[3]
Padahal dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang membahas lingkungan dan
cara memanfaatkannya. Apakah umat Islam mayoritas saat ini telah meninggalkan
agamanya dan melupakan sumber ajarannya. Apakah mayoritas muslim saat ini telah
menjadi orang-orang yang hedonis
dan materialistik. Inilah yang menjadi masalah kita
bersama sebagai umat Islam.
Mungkin selama ini
manusia terlau jumawa dengan kemampuan yang mereka miliki untuk mengolah
lingkungan yang ada. Padahal seharusnya manusia sebagai makhluk yang dimulyakan
dengan akal, seharusnya mampu berbuat apapun asalkan dalam memegang amanah dan
tanggung jawab dalam mengolah bumi. Dominasi manusia terhadap alam memang
menjdai suatu fitrah. Kelebihan karunia yang diberikan Allah SWT , tersirat
dalam kalamnya :
“Dan
sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam , Kami angkut mereka di daratn
dan di alautan, Kami beri merka rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan
“ (Q.SS Al-Isra’ (17);(70)
Keutamaan yang sempurna dari kebanyakan mahluk lain
ialah karunia akal yang dimiliki manusia. Dengan akal fikirannya, manusia mampu
menaklukan segala apa yang ada di alam untuk keperluan dirinya. Dengan adanya
kenikmatan akal yang luar biasa terebut menjadi sangat berbahaya jika pada
akhirnya mereka tidak menjadi khalifah yang amanah. Parahnya, keadaan seperti
inilah yang sekarang sedang terjadi.
Dapat disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi saat ini merupakan akibat dari
keserakahan manusia yang memilih cara pintas mengeksploitasi lingkungannya secara
habis-habisan atau besar-besaran. Oleh karena itu, sejak awal Allah
telah memperingatkan adanya akibat
ulah manusia tersebut yaitu sebagai motivasi, Allah manjanjikan kebahagiaan akhirat bagi
orang yang tidak berbuat kerusakan. Seharunya umat islam
menjaga lingkungannya sesuai dengan firman Allah SWT :
“Dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.”( QS Al-Araf: 56 )
Seharusnya
kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran Al-qur’an dalam hal mengolah
lingkungan. Supaya
kita dapat lebih bijak dan bertanggung jawab. Sehingga nantinya dengan
sendirinya akan lahirlah prinsip pembangunan berkelanjutan atau pembangunan
berwawasan lingkungan
A. Pandangan Al-Qur’an yang Berkaitan
Dengan Lingkungan
Al-Qur’an
sebagai kitab suci agama Islam di dalamnya banyak terangkum ayat-ayat yang
membahas mengenai lingkungan, seperti perintah untuk menjaga lingkungan,
larangan untuk merusaknya, dll. Seperti yang akan di bahas berikut ini.
b.1
Alam
Adalah Kenyataan yang Sebenarnya
Allah telah menciptakan
alam raya ini dengan sebenarnya. Alam semesta yang indah ini adalah benar-benar
hadir dan sekaligus merupakan salah satu bukti keagungan penciptanya. Allah
juga telah menciptakan hukum-hukumnya yang berlaku umum yang menunjukkan ke
Maha Kuasaan-Nya dan Keesaan-Nya. Langit dan bumi serta segala isinya
diciptakan Allah secara serasi dan teratur.[1]
Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
“Dan Dialah yang menciptakan langit
dan bumi dengan (tujuan) yang benar dan (Dialah juga) pada masa (hendak
menjadikan sesuatu) berfirman : "Jadilah", lalu terjadilah ia. Firman-Nya
itu adalah benar dan bagi-Nyalah kuasa pemerintahan pada hari ditiupkan
sangkakala. Dia yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata dan Dialah
Yang Maha Bijaksana, lagi Maha mendalam pengetahuan-Nya.” (QS.
Al-An’am : 73)
Jadi
alam raya ini dalam pandangan Islam merupakan kenyataan yang sebenarnya.
Pandangan ini berbeda dengan penganut aliran Idelisme yang menyatakan bahwa
alam tidak mempunyai eksistensi yang rill dan obyektif, melainkan semu, palsu,
ilusi, dan maya, atau sekedar emanasi[1]
atau pancaran dari dunia lain yang kongkrit yang disebut dunia ideal.
“Dan Kami tidak menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu
adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena
mereka akan masuk neraka.” (QS. As-Shadd : 27)
Pandangan Islam juga
berbeda dengan penganut aliran materialism. Aliran materialism memang
menyatakan bahwa alam ini benar-benar ada, riil, dan obyektif. Namun eksistensi
alam ini dalam dugaan aliran materialism adalah ada dengan sendirinya.[1]
Sedangkan menurut pandangan Islam, alam raya ini diciptakan oleh Allah atau Tuhan
YME. Allah yang menciptakan sekaligus memelihara alam ini serta mengatur segala
urusannya.
“Katakanlah
: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan
semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni) nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu
keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya
menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit
dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya
dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Fusshilat : 10-12)
Pada
ayat-ayat diatas Allah mengemukakan bukti-bukti kekuasaan dan ke-Esaan-Nya
dalam menciptakan langit dan bumi, menghiasi langit dengan bintang-bintang yang
tak terhingga banyaknya. Dia mengetahui segala sesuatu, tidak sesuatupun yang
luput dari pengetahuan-Nya itulah Tuhan yang berhak disembah. Tuhan yang menciptakan,
menguasai , mengatur, memelihara kelangsungan adanya dan yang menentukan akhir
keadaan semseta ini.
b.2
Tanggung
Jawab Manusia terhadap
Lingkungan
Manusia
adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT, untuk tinggal di bumi,
beraktifitas dan berinteraksi dengan lingkungannya dengan masa dan relung waktu
terbatas. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 36
“Lalu
keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan
semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh
bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup
sampai waktu yang ditentukan."
“...dan
bagimu ada tempat kediaman di bumi, kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan.”
Kediaman
di muka bumi diberikan Allah kepada manusia sebagai suatu amanah. Maka manusia
wajib memeliharanya sebagai suatu amanah. Manusia telah diberitahu oleh Allah
bahwa mereka akan hidup dalam batas waktu tertentu. Oleh karena itu manusia
dilarang keras berbuat kerusakan.
Dengan
kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sebenarnya manusia telah
diberi tanggung jawab besar, yaitu diserahi bumi ini dengan segala isinya.
“Dialah Allah yang menjadikan
segala yang ada di bumi unutk kamu, dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. Q.S. Al-Baqarah :29
Dalam
ayat tersebut ditegaskan bahwa Allah telah menganugrahkan karunia yang besar
kepada manusia, menciptakan langit dan bumi untuk manusia, untuk diambil
manfaatnya, sehingga manusia dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan menjaga
alam dan agar manusia berbakti kepada Allah penciptanya,kepada keluarga, dan
masyarakat.
Apa
yang telah ditegaskan Allah dalam dalam firman-firman-Nya di atas adalah untuk
mengingatkan manusia agar bersyukur. Karena walaupun manusia diciptakan
melebihi makhluk lainnya, manusia tidak mampu memenuhi keperluannya sendiri
tanpa bahan-bahan yang disediakan. Hal ini perlu disadari oleh manusia, sebab
tanpa memiliki rasa dan sikap syukur kepada Allah, maka manusia cenderung akan
merusak.
Dalam
konteks mensyukuri nikmat Allah atas segala sesuatu yang ada di alam ini untuk
manusia, menjaga kelestarian alam bagi umat Islam merupakan upaya untuk menjaga
limpahan nikmat Allah secara berksinambungan. Sebaliknya, membuat keruskan di
muka bumi,akan mengakibatkan timbulnya bencana terhadap manusia. Allah sendiri
membenci orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Firman Allah :
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugrahkan Allah kepadamu(kebahagiaan)negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagiamu dari ( kenikmatan ) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”. (Q.S Al-Qashas :77)
Begitu
juga dalam mencari nafkah dan rezeki di atas muka bumi, Allah telah
menggariskan suatu akhlaq dimana perbuatan pemaksaan dan kecurangan terhadap
alam sangat dicela. Kenikamatan dunia dan akherat dapat dikejar secara seimbang
tanpa meninggalkan perbuatan baik dan menghindarkan kerusakan dimuka bumi. Hal
ini dikarenakan dapat berakibat pada terjadinya bencana, yang kebanyakan
disebabkan perbuatan manusia yang merusak alam.
Islam
meberikan pandangan yang lugas bahwa semua yang ada di bumi merupakan karunia
yang harus dipelihara agar semua yang ada menjadi stabil dan terpelihara. Allah
telah memberian karunia yang besar kepada semua mahluk dengan menciptakn
gunung, mengembangbiakan segala jenis binatang dan menurunkan partikel hujan
dari langit agar segala tumbuhan dapat berkembang dengan baik. Sebagaimana
dengan Firman Allah SWT QS. Luqman : 10
“Dia
meciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnyadan Dia meletakan gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu; dan Dia memperkembangbiakan padanya segala macam jenis
binatang. Dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkn padanya
segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”.
Tanggung
jawab manusia menjaga kelangsungan makhluk itulah kiranya yang mendasari Nabi
Muhammad SAW untuk mencadangkan lahan-lahan yang masih asli. Rasulullah SAW
pernah mengumumkan kapada pengikutnya tentang suatu daerah sebagai suatu
kawasan yang tidak boleh digarap. Kawasan lindung itu, dalam syariat dikenal
dengan istilah hima[1].
Rasululloh mencadangkan hima semata-mata untuk menjaga ekosistem suatu
tempat agar dapat terpenuhi kelestarian makhluk yang hidup di dalamnya. Oleh
karena itu kita hendaknya mencontoh Rasulullah SAW dalam menjaga kelestarian
lingkungan.
Melihat
banyaknya kandungan Al-Qur’an yang membahas perintah menjaga lingkungan,
hendaknya kita sebagi umat Islam mau menyadari dan merenungkan apa yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Semoga dengan tumbuhnya kesadaran umat Islam dalam
beragama khusunya tentang perintah
menjaga keseimbangan alam dapat mengontrol pengolahan sumber daya alam yang ada
dengan bijak.
b.3
Tidak
Membuat Kerusakan Lingkungan
Timbulnya
kerusakan alam atau lingkungan hidup merupakan akibat perbuatan manusia. Karena
manusia yang diberi tanggungjawab sebagai khalifah di bumi telah menyallahgunakan amanah. Manusia mempunyai daya inisiatif dan
kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lainnya tidak memilikinya.
Kelebihan
manusia yang disalahgunakan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang semakin
bertambah parah. Kelalaian dan dominasi manusia terhadap alam dan pengolahan
lingkungan yang tidak beraturan membuat segala unsur harmoni dan sesuatu yang
tumbuh alami berubah menjadi kacau dan sering berakhir dengan bencana.
Dalam
firman Allah Q.S Ar-Ruum ayat
41.
Sesungguhnya Allah telah menetapkan dan menggambarkan akibat dari kedurhakaan
manusia terhadap syariat. Manusia hanya bisa menguras dan menggali isi bumi saja tanpa memperhatikan dampaknya.
Maka terjadilah bencana dan kerusakan di atas muka bumi. Padahal semua itu,
menurut Yang Maha Kuasa, adalah akibat dari tangan-tangan manusia itu sendiri:
“Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan
perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).( QS.Ar-Rum : 41 )
Kerusakan
yang terjadi sebagai akibat keserakahan manusia, ini disebabkan manusia
mempertaruhkan hawa nafsunya, tidak mempedulikan tuntunan Allah. Sebagaimana
dengan yang terkandung dalam Firman Allah SWT :
“Adapun orang-orang yang kafir,
sebagian mereka menjadi pelindung sebagian yang lain. Jika kamu (hai para
muslimin) tidak melaksanakn apa yang telah diperintahkan Allah itu , niscaya akn terjadi ke kekacuan di muka
bumi dan kerusakan yang besar”. Q.S
Al-Anfal 73
Orang-orang
yang berbuat kerusakan dapat digolongkan sebagai orang-orang munafik atau
fasik, sesuai dengan Firman Allah :
“Dan bila dikatakan kepada mereka “
Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”,merka menjawab:”sesungguhnya
kami orang yang mengdakan perbaikan”. Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. Q.S Al-Baqarah 11-12
Apabila
mereka diperingatkan mereka akan membantah bahkan menganggap dirinya yang
membawa kebaikan. Apabila diajak untuk kembali ke jalan kebenaran merka tidak
mendengarnya dan mengabaikannya. Hal
ini terbukti dengan kokohnya perusahaan-perusahaan asing yang berada disektor
pengolahan alam dari tekanan pemerintah karena terjerat persoalan perusakan
lingkungan.[1]
Persoalan-persoalan tersebut juga terdapat dalam Firman
Allah Surat Al-Baqarah ayat 6-7 :
“Sesungguhnya orang-orang kafir,
sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan
mereka tidak akan beriman”. (Ayat 6)
“Allah telah mengunci mata hati dan
pendengaran mereka dan penglihatan merekaditutup. Dan bagi merka siksa yang
amat berat”. (Ayat 7)
Sesungguhnya
Allah telah melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi ini. Seperti yang
terdapat dalam Firman Allah di bawah ini:
“......... Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudah Tuhan memperbaikinya” Q.S Al-A’raf:85
Kerusakan
yang terjadi selama ini tidak lain karena
manusia telah diperbudak oleh sistem yang kapital dan juga tumbuhnya sifat materalistik hedonistik,
sehingga berusaha sebisa mungkin mengeksploitsi alam secara maksimal dengan
tidak mengindahkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Hal ini karena manusia
terlalu berorientasi pada keuntungan semata. Dalam ayat lain, Allah memberi
tuntunan agar manusia tidak menuruti orang yang membuat kerusakan.
“Dan janganlah kamu mentaati
perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi
bumi dan tidak mengadakan perbaikan”.( Q.S. Asy-Syu’ara 151-152).
Sebagai
motivasi, Allah telah menjajikan kebahagiaan akhirat bagi orang yang tidak
berbuat kerusakan atau bahkan melarang orang berbuat kerusakan.
“Negeri akhirat itu Kami jadikan
untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan di muka bumi, dan kesudahan
yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa”. Q.S. Al-Baqarah : 83
Demikianlah
tuntunlah Allah bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap lingkungan hidup
kita. Dan Allah telah menjanjikan pahala yang tiada taranya bagi kita yang
senantiasa memelihara dan melestarikan lingkungan hidup serta tidak selalu
membuat kerusakan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti
yang telah dijelaskan diatas, bahwasanya itu semua menjadi alasan mengapa Alloh
menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an tentang pentingnya lingkungan
hidup dan cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini.
Kualitas sebagai indikator pembangunan dan ajaran
Islam sebagai teknologi untuk mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis
dari Alloh SWT untuk diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim.
Adanya
bencana lebih karena manusia melakukan ekspliotasi berdasarkan
kemauan hawa nafsunya untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya tanpa
memikirkan bencana yang ditimbulkannya. Manusia tersebut tidak mempunyai
pengetahuan mengenai ekosistem dan memandang baik perbuatannya yang salah
tersebut tanpa pengetahuan, dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai manusia yang
dzalim. Sebagaimana Allah mengingatkan :
“Tetapi
orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan, maka
siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah
bagi mereka seorang penolong pun”. (Q.S Ar-Rum 30:29)
Bahaya yang diakibatkan menurutkan
kehendak nafsu sangat jelas dampaknya pada kehancuran bumi. Hal ini dapat
berupa ekspliotasi yang berlebihan dan tidak memepertimbangkan daya dukung
lingkungan,pemborosan, menguras sesuatu yang tidak penting dan tidak efisien,
bermewah-mewahan dalam
konsumsi dan gaya hidup dan seterusnya. Manusia
yang melakukan cara seperti itu tentu
mengelola bumi tanpa landasan dan petunjuk Al-Khalik sesuai dengan apa
yang diisyaratkan kepadanya selaku hamba Tuhan. Syariat adalah fitrah di mana
bumi hanya dapat diatur dengan ilmu syariatnya tersebut. Bila sesuatu menyalahi
fitrah, maka akibatnya dapat terjadi kefatalan.Tanpa standar nilai-nilai
syariat tersebut, manusia cenderung melihat kebenaran menurut hawa nafsu.
A. Saran
Islam mengajarkan agar umat manusia
senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali tercermin dalam beberapa
pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat
Islam dilarang menebang pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan itu
dilanggar maka ia berdosa dan diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu
Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi.
Hendaknya kita
sebagai umat Islam kembali kepada ajaran agama kita dalam mengolah lingkungan.
Dengan adanya hal tersebut, seharusnya manusia menjadi lebih bijak dalam
mengolah lingkungannya. Sehingga nantinya diharapkan apabila dalam kegiatan
pengolahan lingkungan akan tumbuh pemahaman pembangunan berwawasan lingkungan
maupun spirit pembangunan berkelanjutan.
Hal diatas bukan
tidak mungkin akan terealisasikan. Asalkan manusia mau kembali kepada ajaran
agama yang utuh dan dapat memahaminya. Sehingga nantinya akan tumbuh kesadaran
umat manusia dalam mengelola lingkungannnya. Sangat jelas dalam Al-Qur’an
terdapat begitu banyaknya ayat-ayat yang membahasprosedur pengolahan alam yang
bijak,perintah untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi,dll.
Sungguh
beruntung umat Islam memiliki kitab suci seperti Al-Qur’an. Kitab suci ini
begitu luas cangkupan pembahsannya terlebih persoalan tentang pengolahan alam.
Kami percaya jika umat Islam mau kembali kepada agamanya dengan membuka, memahami apa yang ada di Al-Qur’an
pasti kehidupa di muka bumi ini akan lebih teratur dan tertata dengan baik.
Daftar Pustaka
Bidhawy, Zakiyuddin. 2007. Islam Melawan Kapitalisme.
Magelang : Resist Book
Fachrudin, M.
2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta : Buku Obor
Harahap,
Adnan.1997. Islam dan Lingkungan . Jakarta : Fatma Press
Prasetyo,
Eko. 2008. Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin!.Yogyakarta : Resist Book
Situs
:
KBBI
dalam Jaringan
[1]
Kekebalan industri ini nampak dari
bagaimana ketidakmampuan pemerintah menuntut tanggung jawab apapun jika terjadi
kerusakan lingkungan. Mustahil perusahaan raksasa mendapat tuntutan atas
kerusakan ekologis yang diakibatkan operasinya. Malahan mereka (baca :
pemerintah ) menyokong secara maksimal semua operasi bisnis yang membahayakan
lingkungan dengan berbagai dalih. Lih, Eko Prasetyo, Minggir! Saatnya Gerakan
Muda Memimpin!, Hal. 77
[1]
Hima’ adalah suatu kawasan yang khusus
dilindungi oleh pemerintah (Imam Negara atau Khalifah) atas dasar syariat guna
melestarikan kehidupan liar serta hutan. Nabi pernah mencagarkan kawasan
sekitar Madinah sebagai Hima’ guna
melindungi lembah, padang rumput dan tumbuhan yang ada di dalamnya. Lih
Fachrudin, Konservasi Alam dalam Islam, Hal 53
[1]
Emanasi menurut KBBI dalam jaringan
adalah sesuatu yg memancar (mengalir); pancaran; 2 Fis hasil pancaran
berupa gas yg timbul pd disintegrasi unsur radioaktif.
[1] Lih Islam Melawan Kapitalisme,Baidhawy
Zakiyuddin, Hal. 249
[2]
Menurut catatan International Forest Advisor,
Bumi Lancang Kuning (Riau) adalah pemegang rekor dunia dalam kecepatan
kerusakan hutan. Setiap tahun, tak kurang dari 200 ribu hektare hutan dibabat
maling kayu. Hanya dalam sebelas
tahun(1994-2005) 3juta hektare atau sekitar 46 kali luasjakarta amblas.
Lih, Eko Prasetyo, Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin!, Ok. Cip. Hal 79
[3] ......Kebijakan pemerintah tentang
perpanjangan masa konsensi untuk pengusaha HTI (Hutan Tanaman Industri) dan
HPTI (Hak Penguasaan Hutan Tanaman Industri) yang dikeluarkan pertengahan Juni
1997 memperpanjang masa konsensi HTI dari
yang semula 35 tahun menjadi 75 tahun....artinya selama satu generasi
uur manusia, jutaan hektar hutan akan dikuasai oleh pemodal.... Ibid, Ok. Cip.
Hal. 79
0 Tanggapan:
Posting Komentar